manajemen strategi


Arsip untuk Manajemen Strategi kategori

Sumber : http://rubahpertapa.wordpress.com

Fase -Fase Perusahaan Manufaktur

Dalam sebuah artikel manajemen strategic, saya membaca bahwa terdapat empat fase evolusi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan manufaktur. Akan ada perusahaan manufaktur yang mengalami keseluruhan fase, atau bahkan hanya satu, dua, atau tiga fase saja.

Mengapa pula mirip dengan manusia mengalami fase kehidupan? Yup fase kehidupan, mungkin tepat jika dikatakan demikian. Lahir, berkembang, besar dan dewasa, tapi selayaknya perusahaan yang telah melewati fase-fase ini dengan berhasil, tidak akan mati.

Pembagian fase-fase ini ditilik dari apa dan bagaimana perusahaan-perusahaan manufaktur menetapkan visi dan misinya. Apa tujuan utama bisnis mereka, dan bagaimana pengelolaan perusahaan tersebut dalam mengimplementasikan visi, misi dan tujuannya.

Fase-fase tersebuta adalah:
- Fase Produksi/Manufacture
- Fase Penjualan/Sales
- Fase Pelayanan/Service
- Fase Citra/Image

Fase Produksi/Manufactur
Fase yang pertama adalah fase manufaktur. Sebagai mana lumrahnya perusahaan manufaktur, pertama kali didirikan dimaksudkan untuk memproduksi sejumlah barang. Kabarnya fase ini yang dialami oleh perusahaan-perusahaan manufaktur di era tahun 1900 sampai dengan 1980-an.

Perusahaan-perusahaan yang masih berkutat di fase awal pembentukan perusahaan manufaktur memiliki visi untuk memproduksi produk mereka sebanyak-banyaknya untuk memenuhi pasar yang memang sedang dipenuhi oleh permintaan yang besar. Mengikuti visinya, seluruh misi, sasaran, strategi, program kerja perusahaan difokuskan untuk meningkatkan kapasitas dan mempercepat proses produksi. Selama tahun-tahun keemasan era perusahaan industri besar ini lah lahir teori-teori manajemen produksi, terutama teori-teori yang bertujuan memngefisensikan proses produksi dan meningkatkan jumlah produk.

Beberap ahli mungkin akan berpendapat, semestinya ada satu fase lagi, yaitu fase kualitas/quality. Yakni fase sesudah fase penjualan dan sebelum fase pelayanan. Pendapat ini berlandas pada pada tahun 1980-an, 1990-an, dan 200-an, kegiatan produksi bukan saja untuk memproduksi banyak barang tapi juga memproduksi barang berkualitas agar mampu bersaing di pasar. Pemikiran yang benar. Mayoritas perusahaan manufaktur masih berada di fase ini, dengan seiring waktu yang berjalan fokusnya tidak hanya pada proses produksi yang efisiensi dan jumlah produksi yang tinggi tapi diimbuhi dengan kualitas produk yang baik.

Pada fase ini juga, strategi beberapa perusahaan manufaktur meliputi penelitian dan pengembangan produk baru. sebagaimana driven kualitas, driven reasearch and development tetap merupakan bagian dari strategi yang merupakan implementasi dari visi produksi. yang memilii fokus utama untuk menghasilkan produk baru, berkualitas dalam jumlah besar dengan rantai produksi yang efisien.

Jadi secara tepat, perusahaan manufaktur yang berada pada fase ini memiliki visi dan misi untuk memproduksi barang yang berkualitas secara efisien dan mungkin menjadi pemain penting di pasar barang tersebut.

Fase Penjualan
Pada fase ini perusahaan manufaktur sudah lebih memusatkan perhatian pada bagaimana memasarkan produknya. Bagaimana meningkatkan jumlah penjualannya agar terus meningkat. Perusahaan-perusahaan ini memiliki visi dan misi yang mengedepankan upaya meningkatkan jumlah dan nilai penjualan produknya. Hal ini diwujudkan dalam misi, sasaran strategi dan program kerja yang memang diarahkan Dalam mendukung visiya tersebut. Baik dalam bentuk promosi yang gencar, reward tinggi bagi tenaga pemasar, jaringan distribusi yang luas, dan banyak lagi.

Salah satu strategi perusahaan manufaktur untuk meningkatkan jumlah penjualan dan menurunkan biaya adalah dengan mendekatkan lokasi produksi dengan pasar. Maka bermunculanlah pabrik-pabrik di banyak negara yang bertujuan mempermudah distribusi produk ke negara-negara pasar di regional tertentu. Sebagaimana kita ketahui bersama, pada tahun 1980-an dan 10990-an, negara-negara asia pasar baru yang dilirik perusahaan industri besar dunia. Tentu saja pendirian pabrik di negara-negara regional asia barat dan tenggara juga bertujuan menekan biaya produksi. Yup, kita-kita ini yang berada di region asia tenggara adalah buruh dengan upah yang Sangat rendah dibanding negara asal perusahaan industri tersebut.

Pada fase ini puyla perusahaan manufaktur mulai menerapkan apa yang kita sebagai segementasi pasar. Dimana perrusahaan telah membagi produknya berdasarkan segemen pasar yaang dapat dijangkau.

Pada fase ini sebenarnya, belum muncul strategi untuk memberikan kualitas pemasaran yang Hebat. Strategi perusahaan manufaktur masih berkutat pada meningkatkan angka penjualan dengan menjual lebih banyak barang, memperkuat distribusi dan menekan biaya produksi dan distribusi. Kualitas pelayanan pemasaran menjadi strategi utama pada perusahaan manufaktur yan telah bergerak menuju fase ketiga.

Fase Pelayanan/Service
Prusahaan industri di kemudian hari mulai menerapkan strategi yang didasarkan pada visi mmberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumennya. Pada fase ini perusahaan ulai memandang bahwa memberikan pelayananan dan Kepuasan pelangan hádala cara untuk terus dapat bertahan, berkembang dan menjadi besar di tengah persaingan global yang demikian ketat.

Startegi perusahaan muali didasari satu logika bahwa kegiatan bisnis akan gagal jika tidak mampu memuaskan para pelanggannya. Pemikiran yang beranggapan untuk pelangganlah kegiatan bisnis itu ada. keberhasilan kunci bisnis adalah bagaimana kita “menguasai” dan “menjaga” pelanggan..

Pembentukan divisi costumer service m menjadi salah satu ciri perusahaan mulai beranjak memasuki fase ini. Termasuk terdapatnya unit reaksi cepat atas keluhan pelanggan.

Perusahaa-perusahaan pada fase ini mulai tidak terlalu menaruh perhatian penuh pada kuantitas dan kualitas produk serta jumlah dan nilai penjualan di dalam startegi level korporatnya. Karena pada fase ini, manajemen proses produksi dan manajemen penjualan produk telah menjadi sebuah sistem tersendiri yang telah tertata baik.

Proses produksi dari pengadaan bahan dasar, produksi, pengawasan mutu telah memiliki fondasi yang kyat untuk selalu terjaga. Proses produksi telah berjalan efisien da control atas kualitas produk telah demikian ketat.

Demikian juga dengan manajemen penjujalan dan distribusi.

Strategi perusahaan dipusatkan pada penyedian pelayanan informasi produk, pelayanan kelauhan pelanggan, serta peningkatkan kepuasan pelanggan atas produk perusahaan.

Meski bukan hanya lahir pada fase ini, salah satu strategi yang menonjol adalah brand management. Merek-merek atau dapat dibaca jenis-jenis produk dimanajemeni secara kontinyu.

Fase Citra/Image
perusahaan manufaktur yang telah besar cenderung mulai bervolusi measuki fase keempat ini. fase pencitraan. visi perusahaan yang biasanya telah menjadi sebuah group korporasi besar ini adalah menjaga citra perusahaannya sebagai pemimpin pada industrinya.

pencitraan yang baik atas perusahaan dan merk terbukti menjadi salah satu strategi yang terkuat untuk meraih kesetiaan pelangan. sebut saja Mecedes Benz yang memiliki citra kuat sebagai yang terbaik di industri mobil dunia, Atau Unlever untuk industri consumer goods dunia, atau Kalbe Farma yang merupakan pemimpin industri farmasi dan makanan kesehatan di Indonesia.

sebuah perusahaan manufaktur dapat berada fase ini setelah mampu melepaskan diri dari strategi penicptaan produk yang berkualitas dengan rantai produksi yang efisien, peningkatan penjualan dan jaringan distribusi produk, dan pelayanan yang baik terhadap pelangan.

MANFAAT MANAJEMEN STRATEGI


Manfaat Manajemen Strategi

http://antoniusfelix-shared.blogspot.com

Manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif ketimbang reaktif dalam membentuk masa depan sendiri; hal itu memungkinkan suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon terhadap) aktivitas, dan dengan demikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri. Pemilik bisnis kecil, CEO, presiden, dan manajemen dari banyak organisasi yang mencari laba maupun yang nirlaba mengenali dan menyadari manfaat manajemen strategis.

Menurut sejarah, manfaat prinsip dari manajemen strategis adalah membantu strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, regional dan rasional pada pilihan strategis. Hal ini pasti berlanjut pada manfaat utama dari keputusan yang utama dimana keputusan atau dokumen merupakan kontribusi yang lebih penting pada manajemen strategis. Komunikasi merupakan kunci terhadap keberhasilan manajemen strategis. Karena terlihat dalam proses, manajer dan karyawan benar-benar bersedia mendukung organisasi. Sementara dialog dan partisipasi merupakan bahan baku yang amat penting.

Oleh karena itu sikap dalam pelaksanaan manajemen strategis amat penting. Tujuan utama dari proses adalah mencapai pengertian dan komitmen dari semua manajer dan karyawan. Pengertian mungkin adalah manfaat terpenting dari manajemen strategis, diikuti dengan komitmen. Kalau manajer dan karyawan mengetahui apa yang dilakukan oleh organisasi dan alasannya, mereka sering merasa bagian dari perusahaan dan bertekad sepenuh hati untuk membantunya. Hal ini terutama benar kalau karyawan juga memahami hubungan antara kompensasi mereka sendiri dan prestasi organisasi. Secara mengejutkan manajer dan karyawan menjadi kreatif dan inovatif kalau mereka mengetahui dan mendukung misi, sasaran, dan strategi perusahaan. Oleh karena itu manfaat besar dari manajemen strategis adalah peluang bahwa proses itu menyediakan pemberdayaan individual. Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian karyawan mengenai efektifitas dengan mendorong dan menghargai mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan berinisiatif serta latihan imajinasi.

manajemen pemasaran



Peran Pemasaran dalam Perusahaan dan Masyarakat

Sumber : http://massofa.wordpress.com/

Pengertian Pemasaran

Peran manajer pemasaran dalam perusahaan berkaitan dengan jenjang manajerialnya, yakni jenjang korporet, jenjang unit bisnis strategik, dan jenjang operasional atau fungsional. Perusahaan yang berharap dapat berhasil perlu memfokuskan pada pemasaran. Filosofi seperti ini, disebut Konsep Pemasaran sangat membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan mengutamakan kepuasan konsumen melalui koordinasi dan integrasi antara bidang pemasaran dengan bidang kegiatan lainnya. Manajer pemasaran harus bekerja dengan banyak bidang lain dalam perusahaan yang satu sama lain saling bergantung dan mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Kegiatan-kegiatan pemasaran juga perlu dikoordinasikan dengan faktor-faktor lingkungan yang sebagian besar berada di luar kontrol perusahaan. Ini berarti bahwa perusahaan perlu lebih banyak mengarahkan karyawan melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran yang etis atau tidak bertentangan dengan norma lingkungan, dan produk-produknya memang aman sebelum diluncurkan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, keputusan tentang produk diintegrasikan dengan keputusan-keputusan menyangkut harga, distribusi, dan promosi. Keempat instrumen pemasaran tersebut, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Keempat instrumen pemasaran tersebut, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi, dikenal dengan istilah bauran pemasaran.


PROSES MANAJEMEN PEMASARAN DAN STRATEGI PEMASARAN

Tugas-tugas Manajemen Pemasaran

Proses manajemen pemasaran dibahas menurut tahaptahapnya yang bermula dari penganalisisan pasar sampai dengan pengendalian pemasaran. Secara spesifik strategi dan perumusan strategi pemasaran diuraikan untuk memperjelas langkah-langkah penting yang harus dilakukan oleh seorang manajer pemasaran.


SEGMENTASI PASAR, PENENTUAN SASARAN PASAR, DAN PEMOSISIAN

Pasar dan Penggolongannya

Segmentasi pasar merupakan upaya untuk mengidentifikasi kelompok konsumen dengan cara mengelompokkan konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang kebutuhan dan keinginannya serupa. Pengelompokan yang dilakukan dapat menggunakan basis yang berbeda, seperti faktor demografis, geografis, faktor demografis pribadi, faktor psikografis dan keperilakuan. Konsep tentang segmentasi pasar berkaitan dengan pembedaan produk dalam hal kesamaan pasar sasarannya meskipun fokus kedua konsep tersebut berbeda.

Upaya untuk mensegmentasikan pasar akan menciptakan kelompok-kelompok pasar yang memiliki karakteristik berbeda. Upaya tersebut harus diikuti dengan upaya untuk menentukan pasar sasaran di antara segmen-segmen pasar yang telah diidentifikasi. Untuk itu, lima persyaratan harus dipenuhi, yaitu bahwa segmen pasar tersebut dapat diukur, dapat dimasuki, cukup besar, dapat dibedakan, dan dapat ditindaklanjuti. Adapun strategi yang dapat ditempuh untuk menentukan pasar sasaran adalah undifferentiated marketing, differentiated marketing dan concentrated marketing. Tiga macam pola preferensi pasar dapat dijadikan ancangan untuk memposisikan produk-produk perusahaan ke pasar sasaran yang diinginkan. Strategi yang ditempuh dalam pemosisian produk ini antara lain adalah strategi pemosisian kembali dan strategi perluasan merek.


PERILAKU KONSUMEN

Perilaku Konsumen: Deskripsi dan Model

Pemahaman perilaku konsumen baik konsumen akhir maupun pembeli industrial adalah sangat penting bagi pemasar. Keputusan konsumen dalam pembeliannya ditempuh melalui suatu proses, mulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, pengevaluasi alternatif, pengambilan keputusan beli, sampai pada evaluasi pasca beli. Proses keputusan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik yang ada pada diri konsumen, seperti persepsi, pembelajaran, sikap dan keyakinan, motivasi, kepribadian, pengalaman, dan konsep diri, maupun faktor-faktor yang berasal dari lingkungan, seperti budaya, sub-budaya, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, faktor situasional, nilai, norma, dan peran sosial, serta bauran pemasaran. Proses keputusan tersebut didasarkan pada sifat-sifat konsumen yang rasional.

Dalam pasar industrial, keputusan pembeliannya diambil juga melalui suatu proses, yaitu
(1) mengenali masalah (kebutuhan),
(2) menentukan karakteristik produk dan jumlah yang diperlukan,
(3) mendeskripsikan spesifikasi produk dengan tepat dan kebutuhan kritisnya,
(4) mencari dan menentukan kualifikasi sumber-sumber yang potensial,
(5) menerima dan menganalisis usulan,
(6) mengevaluasi usulan dan menyeleksi pemasok
(7) memilih dan melakukan pemesanan, dan
(8) mengadakan umpan-balik kinerja dan evaluasi.

Sedangkan situasi pembeliannya dapat digolongkan ke dalam tiga macam, yaitu: pembelian tugas baru, pembelian ulang, dan pembelian ulang langsung. Setiap pembeli industrial mempunyai pilihan pendekatan dalam pembeliannya, di antaranya adalah inspeksi, penyampelan, deskripsi, dan kontrak dengan negosiasi.

Motif utama dalam pembahasan perilaku beli konsumen maupun industrial adalah memahami proses keputusan tersebut, di samping perusahaan harus mempunyai posisi yang baik untuk memberikan informasi yang tepat kepada konsumen yang tepat pada waktu yang tepat. Model perilaku konsumen tersebut sangat membantu untuk mengarahkan kegiatan pemasaran agar dapat melayani konsumen maupun pembeli industrial secara lebih baik.


PENGELOLAAN PRODUK DAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU

Pengertian dan Penggolongan Produk

Pengelolaan produk yang ada didasarkan pada dikotomi arti produk, yaitu produk konsumen dan produk industrial, serta memfokuskan pada strateginya. Bagaimanapun juga konsep tentang bauran pemasaran yang pernah diuraikan di bab terdahulu dikaitkan dalam pengelolaan produk ini. Ekspansi dan kontraksi bauran produk, baik dari sisi lini produk maupun sisi jenis produk, menjadi bagian dari pengelolaan produk yang ada agar menciptakan efisiensi penawaran kepada konsumen.

Pengembangan produk baru telah diuraikan sebagai aktivitas yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan secara terus-menerus. Ini disebabkan oleh adanya daur hidup produk dari saat produk itu diperkenalkan sampai pada saat produk itu tidak ada lagi di pasaran karena sudah tidak diminati konsumen. Pengembangan produk baru ini akan menjaga eksistensi produk perusahaan di pasaran. Tahap-tahap yang perlu dilalui dalam pengembangan produk baru adalah tahap pencarian dan penyaringan ide tentang produk baru, tahap analisis bisnis, tahap pengembangan dan pengujian, tahap pengujian pemasaran, serta tahap komersialisasi.


DAUR HIDUP PRODUK

Peranan Daur Hidup Produk dalam Strategi Pemasaran

Daur hidup produk dapat memberikan indikasi tentang perkembangan suatu produk yang dapat diterima oleh konsumen. Ukuran yang menunjukkan perkembangan tersebut adalah tingkat penjualan produk, di samping juga tingkat keuntungan. Daur hidup produk yang dapat dilalui oleh suatu produk secara normal meliputi empat tahap, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan.

Atas dasar kondisi pada masing-masing tahap tersebut perusahaan dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Perbedaan setiap tahap dalam daur hidup produk itu memerlukan strategi pemasaran yang berbeda pula. Strategi pemasaran yang dikembangkan didasarkan pada variabel bauran pemasaran dengan penekanan khusus pada salah satu variabel tertentu. Pada tahap perkenalan lebih diutamakan promosi, pada tahap pertumbuhan lebih diutamakan distribusi, pada tahap kedewasaan lebih diutamakan harga, dan pada tahap penurunan lebih diutamakan pengurangan biaya.


STRATEGI PENETAPAN HARGA

Harga: Pengertian dan Penetapannya

Pengertian harga adalah sangat penting dan menjadi titik awal bahasan ini. Kemudian diuraikan berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan suatu tingkat harga. Faktor-faktor tersebut meliputi
(1) kondisi perekonomian,
(2) penawaran dan permintaan,
(3) elastisitas permintaan,
(4) persaingan,
(5) biaya,
(6) tujuan manajer, dan
(7) pengawasan pemerintah. Besarnya pengaruh masing-masing faktor tidak selalu sama, bergantung pada kondisi yang sedang berlaku.

Setelah berbagai faktor dipertimbangkan maka harga dapat ditentukan melalui suatu proses yang terdiri atas sembilan tahap, yaitu:
(1) menentukan tujuan penetapan harga,
(2) memperkirakan permintaan untuk barang tersebut dan elastisitas harganya,
(3) mengantisipasi reaksi dalam persaingan,
(4) menentukan pangsa pasar yang dapat diharapkan,
(5) memilih strategi harga untuk mencapai pasar sasaran,
(6) mempertimbangkan kebijakan pemasaran perusahaan,
(7) memilih metode penghitungan harga,
(8) menetapkan tingkat harga, dan
(9) menyesuaikan struktur harga terhadap variasi dalam permintaan dan biaya di masing-masing segmen pasar. Berbagai contoh diberikan untuk memperjelas bahasan yang dimaksud.

Di bagian akhir bab ini dibahas ditambahkan dua bahasan praktis dengan contohnya, yaitu: (1) penentuan harga dasar dan laba yang diharapkan, dan (2) penetapan harga dasar dalam kondisi yang tidak pasti. Ini dimaksudkan, khususnya butir ke dua, untuk memberikan gambaran bahwa tidak semua kondisi yang dihadapi selalu bersifat pasti. Oleh karena itu, penetapan harga dalam berbagai alternatif tingkat harga perlu dilakukan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan.


STRATEGI DISTRIBUSI

Pengertian Saluran Distribusi

Alasan-alasan yang menguntungkan untuk digunakannya perantara dalam saluran distribusi mendorong produsen untuk mengembangkan saluran distribusi tidak langsung, meskipun saluran distribusi langsung juga diperlukan dalam kondisi tertentu.

Perantara yang digunakan dalam saluran distribusi dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu perantara pedagang dan perantara agen. Masing-masing golongan dapat dibedakan lagi, yaitu perantara pedagang mencakup pedagang besar dan pengecer, sedangkan perantara agen mencakup agen penunjang dan agen pelengkap. Digunakan atau tidak digunakannya perantara tersebut telah memberikan berbagai pilihan alternatif distribusi, yaitu saluran distribusi untuk barang konsumen, baik saluran panjang atau tidak langsung maupun saluran pendek atau saluran langsung, dan saluran distribusi untuk barang industrial yang juga dapat berupa saluran panjang atau tidak langsung maupun saluran pendek atau langsung.

Dalam pemilihan saluran distribusi, produsen perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti pertimbangan pasar, pertimbangan barang, pertimbangan perusahaan, dan pertimbangan perantara. Sedangkan untuk menentukan banyaknya penyalur, produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu distribusi intensif dengan banyak penyalur pada tingkat pengecer, distribusi selektif dengan sedikit penyalur, dan distribusi eksklusif dengan satu penyalur yang langsung melayani pelanggan. Jika produsen sudah menentukan untuk menggunakan penyalur maka diperlukan pemilihan dan pengendalian saluran distribusi dengan mempertimbangkan biayanya.

Penentuan saluran distribusi bukanlah keputusan yang sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, model keputusan distribusi dan strategi distribusi perlu dirumuskan secara cermat. Dalam buku ini dijelaskan adanya lima alternatif strategi distribusi untuk produk baru. Untuk menentukan alternatif mana yang dianggap terbaik, dapatlah digunakan penghitungan secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan metode nilai faktor tertimbang.


STRATEGI PROMOSI DAN PERIKLANAN

Pengertian Komunikasi Pemasaran

Bab Sembilan atau terakhir buku ini telah menguraikan pokok bahasan tentang strategi promosi dan periklanan. Komunikasi pemasaran menjadi topik awal bahasan mengingat perannya sebagai dasar bagi kegiatan-kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan-kegiatan promosi itu, disebut juga bauran promosi, meliputi periklanan, penjualan tatap muka, promosi penjualan, hubungan masyarakat, publisitas, dan pemasaran langsung. Dari ke enam kegiatan tersebut, bahasan yang terbanyak ditujukan pada kegiatan periklanan mengingat penggunaannya yang sangat luas di samping adanya keterbatasan ruang dalam buku ini.

Rencana promosi, kemudian diadopsi untuk rencana periklanan, juga dibahas, meliputi delapan tahap, yaitu: (1) penentuan tujuan promosi,
(2) pengidentifikasian pasar sasaran,
(3) penyusunan anggaran,
(4) pemilihan pesan,
(5) penentuan bauran promosi,
(6) pemilihan bauran media,
(7) pengukuran efektivitas, dan
(8) pengendalian dan pemodifikasian kampanye promosi. Beberapa tahap, khususnya tahap penyusunan anggaran dan tahap pemilihan media dibahas secara lebih ditail disertai contoh penerapan dengan menggunakan model kuantitatif seperti linear programming.

Kerangka AIDA dan Model Hierarki Pengaruh dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi seberapa efektif suatu kampanye promosi atau periklanan itu dapat dicapai; pada akhirnya bermuara dalam bentuk pendorongan atau pembangkitan pembelian oleh konsumen. Konsumen akhir atau konsumen perdagangan seperti pengecer, akan menentukan strategi promosi yang dilakukan oleh perusahaan, apakah strategi menarik atau strategi mendorong.

CAFTA 1


CAFTA Tak Mengubah Sikap Berbisnis



Jakarta, Kompas

Perjanjian Perdagangan Bebas antara ASEAN dan China atau CAFTA tidak serta-merta mengubah sikap dan cara berbisnis pengusaha Indonesia dan China.

Ini terlihat dari realisasi perdagangan di antara kedua negara yang tidak berubah signifikan meskipun perjanjian CAFTA sudah berjalan tiga bulan.

”Baik impor maupun ekspor antara China dan Indonesia sama-sama turun. Ini menunjukkan perilaku pelaku usaha China dan Indonesia belum menggunakan fasilitas CAFTA secara maksimal. Mereka belum mengembangkan bisnisnya karena CAFTA,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan di Jakarta, Kamis (1/4).

Dasar kesimpulan BPS adalah data ekspor-impor China ke Indonesia yang justru menurun dengan adanya CAFTA. Ekspor China ke Indonesia pada Februari 2010 tercatat 1,38 miliar dollar AS atau turun dibandingkan Januari 2010 yang mencapai 1,406 miliar dollar AS.

Begitu juga ekspor Indonesia ke China yang menurun dari 1,01 miliar dollar AS pada Januari 2010 menjadi 986,2 juta dollar AS pada Februari 2010.

Dengan demikian, perdagangan Indonesia dan China masih diwarnai defisit sekitar 300 juta dollar AS, yang menunjukkan belum adanya perubahan penambahan volume ekspor dari pengusaha Indonesia.

Meski demikian, Indonesia mengalami surplus pada perdagangan dengan negara-negara ASEAN setelah dua bulan pemberlakuan CAFTA.

Ekspor negara-negara ASEAN ke Indonesia pada Februari 2010 dilaporkan 1,726 miliar dollar AS atau naik dibanding Januari 2010 sebesar 1,693 miliar dollar AS.

Sementara ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN tersebut dilaporkan mencapai 1,841 miliar dollar AS atau turun dibandingkan Januari 2010 yang mencapai 1,915 miliar dollar AS.

Secara umum, neraca perdagangan Indonesia ke ASEAN masih surplus sekitar 148 juta dollar AS. Rusman menyebutkan, ekspor Indonesia masih ditopang oleh komoditas utama, antara lain batu bara dan tembaga.

Namun, kedua komoditas itu mengalami penurunan ekspor sehingga total ekspor Indonesia pada Februari 2010 menurun 3,37 persen dibandingkan Januari 2010 menjadi 11,2 miliar dollar AS.

CAFTA

Siap Hadapi CAFTA, Potensi Ekspor Indonesia ke China Lebih Tinggi


Sumber : http://fe.ugm.ac.id

Indonesia siap menghadapi China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA). Hal itu disebabkan potensi ekspor Indonesia ke China lebih tinggi daripada ekspor China ke Indonesia. Apabila Indonesia tidak mengikuti CAFTA dengan China, pasar Indonesia justru terancam oleh ekspansi produk dari ASEAN yang mendapatkan keuntungan atas tersedianya bahan baku produk China yang lebih murah.

"Potensi kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke Indonesia,"kata staf Deputi Bidang Pengembangan dan Rekstrukturisasi Usaha, Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Djunaedi, mewakili Menteri Negara Koperasi dan UKM RI, Dr. Sjarifudin Hasan, M.M. M.B.A., yang berhalangan hadir dalam Seminar Nasional "Ekonomi Islam dalam Tantangan Perdagangan Bebas". Seminar digelar di Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (30/3).

Disampaikan Djunaedi, ada tiga langkah yang akan dilakukan pemerintah dalam rangka penanggulangan dampak CAFTA. Pertama, mengembangkan pasar domestik melalui pencegahan impor di perbatasan dan pasar. “Melalui tindakan penertiban pelaku impor dan pengawasan di pelabuhan. Pengawasan awal dengan karantina diperketat, pengawasan HKI dan SNI, pengawasan pelabelan penggunaan bahasa Indonesia dan pengawasan produk-produk inovasi,” terangnya.

Langkah kedua yang akan dikerjakan adalah melakukan peningkatan daya saing produk UMKM. Terakhir, yang ketiga, meningkatkan penggunaan produk dalam negeri dengan cara promosi dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Disebutkan Djunaedi bahwa ada beberapa jenis produk ekspor yang paling dirugikan sebagai dampak CAFTA, di antaranya produk kulit, metal, manufaktur, pakaian jadi, gandum, gula, tebu, padi, beras diproses, dan alat mesin panen. Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM akan mengembangkan pusat inovasi untuk pengembangan produk yang berorientasi ekspor.

Djunaedi mencontohkan Indonesia merupakan penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Setiap tahun, negara ini menghasilkan produksi kakao sebanyak 550 ribu ton. Namun, dari jumlah tersebut, hanya sepertiga yang dapat diproses menjadi produk. Sementara itu, Malaysia dan Singapura yang memiliki 300 dan 100 ribu ton dapat mengolah semua menjadi produk. Adanya orientasi ekspor bahan mentah kakao inilah yang menyebabkan petani kakao dalam negeri dirugikan oleh para pedagang.

"Kakao yang mahal harganya justru yang sudah difermentasi. Namun, para petani kita sering ditipu pedagang yang menerangkan ke petani jika kakao hasil fermentasi atau tidak harganya tetap sama. Namun, setelah kita cek ke pabriknya langsung, ternyata ada perbedaan harga 5 ribu hingga 10 ribu per kilo," imbuhnya.

Dr. Tri Widodo, staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, selaku pembicara dalam seminar tersebut mengemukakan Indonesia saat ini menempati posisi kedua di Asia setelah China untuk kategori industri yang memiliki pekerja dengan tenaga tidak terdidik terbesar. "Kita berada nomor dua setelah China. Diikuti selanjutnya Thailand, sedangkan untuk industri dengan tenaga terdidik dikuasai oleh Jepang dan Korea," pungkasnya.

Analisis Strategi Penjualan pada Hero dan carefour


Penerapan Strategi Mark Down Untuk Peningkatan Penjualan Suatu Produk Serta Pengaruhnya Terhadap Citra Produk




Sumber : http://imbix.wordpress.com

Pricing merupakan salah satu strategi dalam marketing yang dapat dilakukan untuk menjaga suatu produk (barang/jasa) agar disukai konsumen dan memimpin di pasaran. Dengan pricing sebuah produk dapat mengekspresikan nilai (value) yang dikandungnya, yang akan didapatkan seseorang yang mengkonsumsinya. Menurut Raymond Corey harga adalah ekspresi nilai, dimana nilai menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi dan layanan yang menyertainya. Dengan kata lain, harga adalah estimasi penjual terhadap arti semua hal tersebut bagi para pembeli potensial, dan menyadari opsi lain yang dimiliki pembeli, karena memenuhi kebutuhan atas produk yang bisa memuaskannya. Tulisan ini mencoba mengulas artikel di media massa mengenai strategi mark down (penurunan harga) untuk merebut pasar dan meningkatkan penjualan serta pengaruhnya terhadap citra suatu produk yang telah memiliki positioning cukup kuat di pasar.

Untuk mendapatkan gambaran yang cukup mengenai strategi mark down akan dituliskan beberapa kasus yang cukup relevan dengan bahasan ini, kasus pertama adalah Marlboro pernah melakukan strategi mark down (penurunan harga), dimana hal ini dilakukan karena Marlboro digempur rokok kemasan privat label di Amerika Serikat. Rokok jenis ini cenderung memasang harga lebih murah yang secara perlahan-lahan menggerogoti pangsa pasar Marlboro. Keadaan ini berlangsung terus menerus selama beberapa waktu, sehingga para eksekutif Marlboro setelah mempertimbangkan berbagai hal memutuskan untuk melakukan mark down dan mengkomunikasikan dengan baik langkahnya. Sebagai rokok yang telah memiliki brand image sangat kuat Marlboro tentu tidak khawatir akan berpindahnya konsumen ke private label, namun lebih pada agar citra mereknya tidak berpindah ke merek lain. Tentu kita sadari apabila kita mengkonsumsi suatu produk yang bukan merupakan produk terbaik di kelasnya, anggap saja mungkin karena harganya yang lebih murah, dan kita merasa cukup puas sehingga hari berikutnya kembali kita memutuskan mengkonsumsi produk yang sama, apabila hal ini berlangsung berulang-ulang maka preference kita terhadap produk ini semakin besar dan akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan produk yang kita anggap terbaik tadi, untuk apa mengeluarkan uang lebih untuk suatu produk apabila ada produk lain yang dapat memberikan kepuasan yang sama namun dengan harga yang lebih murah. Dan ternyata keputusan mark down Marlboro ini sukses, respon konsumen terhadap Marlboro kembali meningkat. Marlboro dianggap memberi nilai tinggi buat mereka, termasuk bagi para pelanggan loyal. Kasus yang hampir sama adalah saat Pantene juga melakukan strategi mark down yang cukup signifikan. Shampo yang menyasar segmen luas dari sachet sampai kemasan botol ini, memasuki pasar tanah air dengan harga jauh di atas pemimpin pasar Sunsilk dan Clear, dan dengan kualitas yang jauh di atas keduanya pula, hal ini menandakan Pantene menerapkan strategi Skimming Pricing untuk merebut pasar dan positioning untuk kelas premium. Setelah beberapa waktu memakai strategi ini diketahui bahwa pangsa pasar pantene tergolong kecil, sehingga setelah melalui analisis mendalam P&G menurunkan harga yang cukup signifikan, dan hasilnya konon saat itu Pantene benar-benar laris di pasaran. Kasus yang berbeda dari dua kasus di atas adalah Mercedes-Benz dahulu pernah memproduksi mobil yang harganya “terjangkau”. Mercedes-Benz mengeluarkan produk dengan harga ini untuk mencoba memperbesar pangsa pasarnya terutama untuk merebut konsumen merek mobil lain yang harganya dibawah Mercedes-Benz. Ternyata pelanggan loyalnya keberatan, mereka menolak Mercedes-Benz menjadi mobil pasaran, apalagi digunakan oleh orang-orang yang belum memenuhi syarat untuk memiliki Mercedes-Benz.

Dari kasus-kasus di atas dapat diketahui bahwa tidak selamanya mark down suatu produk yang memiliki positioning baik, tidak dengan serta merta akan disambut dengan antusias konsumennya. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kasus di atas:

1. Produk yang akan melakukan mark down harus merupakan produk dengan positioning yang kuat. Tentu saja hal ini dikarenakan konsumen tidak akan terlalu mempedulikan apabila ada suatu produk yang melakukan mark down namun belum memiliki pelanggan. Sebaiknya produk dengan positioning yang rendah memilih strategi pemasarannya dengan cara yang lain, bisa dengan lebih gencar mengkomunikasikan produknya dengan baik melalui iklan maupun dengan strategi lainnya, sehingga didapatkan positioning yang kuat. Sedangkan untuk produk baru di pasaran dapat menggunakan strategi skimming pricing maupun penetration pricing. (Kottler, 2006)

2. Produk yang akan melakukan mark down bukan produk eksklusif. Seperti pada kasus Marlboro, mengapa setelah melakukan mark down Marlboro sama sekali tidak mengalami erosi ekuitas merek dan disambut dengan baik oleh pelanggannya?, namun mengapa Mercedes-Benz yang melakukan hal yang sama justru ditentang oleh pelanggannya. Tidak lain karena Marlboro selain memiliki positioning yang kuat juga bukan tergolong produk yang eksklusif (dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam segala tingkatan ekonomi) berbeda dengan Mercedes-Benz yang hanya dapat dimiliki oleh kalangan dengan tingkat ekonomi atas.

3. Manajemen yang akan melakukan mark down terhadap produknya harus benar-benar menghitung apakah strategi ini tidak mengancam kelanjutan perusahaan (mengganggu cash flow perusahaan), sebab penurunan harga sama dengan penurunan laba, apabila tidak segera tertutupi oleh peningkatan penjualan sama saja perusahaan menggali kuburnya sendiri. Harus dihitung dengan benar persentase jumlah penurunan harga dengan jumlah peningkatan penjualan produk yang diharapkan.

4. Kapasitas produksi perusahaan harus mampu memenuhi jumlah peningkatan demand produk yang di mark down. Apabila kapasitas produksi tidak mampu memenuhi peningkatan demand, maka harga produk di pasaran akan kembali naik, yang akhirnya tidak berdampak apa-apa terhadap peningkatan penjualan produk.

5. Pelaksanaan strategi mark down harus dikomunikasikan dengan baik kepada konsumen, hal ini untuk menghindari persepsi yang tidak benar terhadap produk yang di mark down.

Menurut Kottler strategi mark down memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1.Apabila terlalu sering dilakukan maka konsumen akan senantiasa menunda pembelian suatu produk hingga saat produk tersebut dijual murah (mark down).

2. Strategi ini seringkali hanya dijadikan cara tercepat oleh produsen untuk merebut pasar, padahal sesungguhnya merebut pasar harus dilakukan dengan pengembangan dan kerja keras dalam jangka waktu yang panjang.

3. Setelah melakukan mark down biasanya perusahaan akan sulit untuk kembali ke harga semula. Sebab apabila menaikkan kembali ke harga awal bisa jadi konsumen akan beralih ke produk pesaing.

4. Mark down akan mendorong perusahaan pesaing melakukan hal yang sama, ini akan menyebabkan terjadinya perang harga. Apabila terjadi terus menerus maka seluruh produsen akan mengalami kerugian.

Sesuatu yang cukup menarik apabila kita menanyakan akankah citra sebuah produk tidak terpengaruh sama sekali atau malahan menjadi buruk di mata konsumen apabila melakukan mark down. Selama ini orang beranggapan bahwa loyalitas konsumen terhadap image suatu produk mengalahkan sensitivitasnya terhadap harga. Bahwa seorang konsumen yang loyal akan mau membayar berapa saja untuk sebuah merek juga anggapan bahwa dengan naiknya brand loyalty akan meningkatkan profitabilitas 85%, yang dapat diinterpretasikan asal konsumen loyal maka produsen dapat menaikkan harga produk sesukanya (memaksimalkan laba yang didapatkan dari produk tersebut). Masih relevankah pendapat itu di masa kini?. Jawabannya menurut penulis bisa ya bisa juga tidak, tergantung apakah produk tersebut merupakan produk eksklusif atau tidak. Dari kasus Mercedes-Benz di atas dapat kita tangkap bahwa mempertahankan loyalitas konsumen jauh lebih penting daripada mencoba memperluas pangsa pasar melalui mark down, apalagi Mercedes-Benz bermain pada kelas premium. Sehingga asal mereknya Mercedes-Benz maka pelanggan mau membayar dengan harga yang tinggi, karena menurut pendapat mereka Mercedes-Benz adalah mobil dengan jaminan kualitas yang memuaskan dan tidak semua orang dapat membelinya sehingga meningkatkan image penggunanya, maka saat diluncurkan Mercedes-Benz dengan harga yang lebih murah yang tentunya dengan kualitas lebih rendah, otomatis pelanggan Mercedes-Benz menolaknya karena akan merusak value yang sudah terbangun tersebut. Hal ini tentu tidak berlaku terhadap produk yang tidak eksklusif seperti Marlboro dan Pantene, awalnya kedua produk ini bisa mempertahankan loyalitas pelanggannya, karena menawarkan value lain dibandingkan dengan produk lain, sehingga kedua produk ini bisa bermain pada harga yang lebih tinggi dibanding produk pesaingnya. Namun dengan semakin banyak dan gencarnya pesaing yang terus mencoba memperbaiki produknya, mengkomunikasikannya setiap saat kepada masayarakat melalui berbagai saluran komunikasi, setelah berlangsung beberapa waktu mau tidak mau pelanggan akan sadar bahwa harga produk yang mereka gemari terlalu mahal, dan mulai mencoba produk lain, bahkan bisa jadi bergeser kepada produk pesaing bila dirasakan produk tersebut mampu memberikan value yang tidak jauh berbeda kalau tidak bisa dikatakan sama. Saat-saat seperti inilah yang harus segera diidentifikasi oleh perusahaan dengan memutuskan berbagai langkah untuk mempertahankan konsumennya, salah satunya bisa melalui strategi mark down.

Salah satu tantangan dalam melakukan strategi mark down adalah konsumen saat ini masih banyak yang berpendapat bahwa tingkat harga berbanding lurus dengan kualitas, jadi produk dengan harga mahal dianggap memiliki kualitas yang baik. Demikian pula sebaliknya harga murah maka kualitas rendah, maka strategi mark down juga memiliki dampak negatif yaitu apabila produk yang di mark down diinterpretasikan oleh konsumen sebagai produk yang cacat produksi, kualitas produk mark down tidak sebaik biasanya, bahkan dianggap sebagai produk sisa yang tidak laku pada masa penjualan sebelumnya. Oleh karena itu pengkomunikasian strategi mark down kepada konsumen sangat diperlukan. Diharapkan pula masyarakat saat ini lebih teredukasi dengan banyaknya contoh dipasaran yang menunjukkan bahwa harga tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas, contoh tersebut antara lain keberhasilan produk-produk otomotif Jepang menyerbu pasar Amerika dan Eropa dengan harga lebih murah tapi dengan kualitas tidak kalah dengan produk dari negara-negara di benua tersebut, malahan produk-produk Jepang juga memberikan warna baru melalui inovasi-inovasi yang belum ada sebelumnya seperti cc yang lebih rendah sehingga produk otomotif Jepang hemat bahan bakar, demikian pula jenisnya yang banyak sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memilih yang paling sesuai. Demikian pula contoh yang terjadi di tanah air, yaitu dengan berdirinya pusat perbelanjaan Carrefour bila dibandingkan dengan penguasa pasar sebelumnya HERO. Carrefour yang memberikan harga murah namun dengan kualitas barang yang baik perlahan-lahan merebut pangsa pasar HERO yang menawarkan harga lebih tinggi. Contoh ini diharapkan semakin memperkuat asumsi masyarakat bahwa harga mahal bukan berarti kualitas barang juga baik, karena harga yang mahal bisa juga terjadi akibat proses produksi yang tidak efisien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi mark down adalah sebuah pilihan strategi promotional pricing yang dapat ditempuh untuk meningkatkan penjualan produk. Mark down bukan hanya sekedar mengurangi harga produk sehingga lebih murah namun harus mempertimbangkan factor segmentasi pasar, promotional pricing, competitive pricing, sehingga perusahaan memiliki bottom-line bagus, dan menjadi pemenang di pasaran

Grand Strategi perikanan


Insentif ke Sektor Perikanan Rp 1,7 T


Sumber : www.dkp.go.id


Pemerintah menyiapkan insentif peningkatan produksi perikanan lewat dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 1,7 triliun."Dana tersebut digunakan untuk insentif bagi daerah yang berprestasi, lewat skema kontrak produksi hasil perikanan di 33 provinsi. Daerah yang produksinya naik akan ditambah anggarannya," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad pada Rakomas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Jakarta, Rabu (17/2).

Ia menjelaskan, Makassar, Surabaya, dan Batam akan menjadi pilot project (proyek percontohan) kontrak produksi itu. Peningkatan produksi perikanan di daerah nantinya lebih bertumpu pada sektor perikanan budidaya."KKP, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota telah melakukan pertemuan untuk meningkatkan produksi perikanan. Kami sudah berkomitmen melakukan gerakan bersama guna peningkatan produksi perikanan nasional, khususnya perikanan budidaya," paparnya.

Tahun 2009, produksi perikanan RI sebanyak 10,06 juta ton. Pada 2010, produksi ditargetkan mencapai 10,76 juta ton dan tahun 2014 melonjakjadi 22,39 juta ton. Kenaikan itu sebagian besar akan disumbang dari perikanan budidaya, dengan produksi diproyeksikan naik dari 5,38 juta ton pada 2010 menjadi 16,89 juta ton tahun 2014 atau meningkat 353%.Peningkatan produksi diupayakan dengan ekstensifikasi budidaya ikan lele, patin, nila, kerapu, kakap, mas, guramih, dan rumput laut Sedangkan untuk udang windu dan bandeng, produksi dipacu melalui intensifikasi tambak-tambak tradisional.

Terkait upaya peningkatan produksi perikanan budidaya, kami akan menentukan batas waktu bagi PT CP Prima untuk merevitalisasi lahan tambak eks Dipasena. Petambak plasma eks Dipasena saat ini menjerit akibat berlarutnya masalah revitalisasi tambak tersebut," imbuhnya.Ia menjelaskan, belum tuntasnya revitalisasi tambak udang terbesar di Indonesia itu menjadi perhatian pemerintah, karena menyangkut nasib masyarakat kecil. Masalah ini perlu dicarikan jalan keluarnya, apalagi sudah ada investor lokal maupun dari Malaysia yang berminat mengambil alih tambak tersebut

Min apo li tan

Fadel mengatakan, pihaknya juga berencana mengembangkan Mina-politan, untuk memacu peningkatan produksi perikanan budidaya maupun tangkap. "Minapolitan merupakan kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra-sentara produksi dan perdagangan komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan kegiatan pendukung lain. Kawasan ini bakal menjadi titik-titik pertumbuhan ekonomi," ucapnya.Selain itu, KKP bakal merestrukturisasi armada perikanan nasional. KKP akan memberlakukan zero growth (pertumbuhan nol) armada perahu tanpa motor. Untuk perahu tempel, pertumbuhan armada dibatasi 2% per tahun dan kapal dengan tonase di bawah 5 gros ton (GT) sekitar 3%.

Sedangkan pertumbuhan armada kapa! berukuran 5-10 GT dan 10-30 GT bakal dipacu menjadi 8% dan 12%. "Kami berharap, pertumbuhan armada kapal besar naik menjadi 55% dalam lima tahun ke depan. Restrukturisasi ini dimaksudkan agar kapal ikan Indonesia mampu beroperasi di zona ekonomi eksklusif (ZEE)," ujar dia.Guna meningkatkan pendapatan nelayan, KKP juga mengusulkan pengadaan 1.000 kapal penangkap ikan berukuran 30-60 GT dalam lima tahun ke depan. Pengadaan senilai Rp 1,5 triliun itu sudah diusulkan kepada presiden."Adanya kapal besar itu memungkinkan nelayan mengakses perairan yang lebih jauh dari pantai, sehingga mengurangi padatnya penangkapan ikan di perairan pesisir serta konflik antarnelayan. Selain meningkatkan produktivitas, pendapatan nelayan dipastikan naik," imbuhnya.

Infrastruktur

Sementara itu, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pembangunan infrastruktur di sektor kelautan dan perikanan tidak bisa hanya bergantung pada dana APBN. Oleh karena itu, swasta harus dilibatkan."Dana dari APBN untuk pembangunan infrastruktur di sektor kelautan dan perikanan hanya sebesar 14,7% dari produk domestik bruto (PDB) sektor ini," ucapnya.

Ia yakin, produksi sektor kelautan dan perikanan dapat ditingkatkan menjadi 2-3 kali lipat dari capaian saat ini. Apalagi, potensi sumber daya kelautan dan perikanan RI sangat besar.Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menambahkan, swasta diharapkan terlibat dalam pembangunan pelabuhan perikanan, rel kereta api, dan akses jalan tol. "Swasta diberi kesempatan untuk membangun infrastruktur sektor kelautan dan perikanan. Investasi swasta ini akan kembali melalui pengenaan tarif jasanya," ujar dia.